Favorite Dear
Meeting 1: If This is Destiny...
"Hei, Kazuyu. Apa ini yang namanya jatuh cinta, ya?" Aku bergumam sambil mengacak-acak sarapanku.
"Hah?" Kata adikku dengan muka bingung. "Kakak bilang apa tadi?" Sial, ternyata dari tadi dia sibuk makan sehingga tidak mendengarkanku.
"Su, sudah, deh. Anggap saja aku tidak berkata apa-apa..." Aku memutuskan untuk tidak bercerita lebih lanjut. "Sudah jam 8, lho." Kataku sambil melihat jam.
"Ah, aku terlambat! Aku berangkat dulu, Kak!" Kazuyu langsung mengambil tasnya, berlari ke pintu, membuka dan menutupnya lagi.
"Hati-hati di jalan..." Meskipun aku mengatakan itu, sepertinya adikku sudah terlanjur pergi jauh.
Aku Kageriyama Kiri, cowok biasa berumur 23 tahun. Single. Sampai sekarang belum pernah pacaran dan jatuh cinta. Aku menekankan statusku karena teman sekerjaku suka meledekku karena statusku itu. Sudah dua tahun aku bekerja sebagai polisi di Shibuya.
Ibuku juga sering memaksaku dengan halus untuk segera mencari jodoh. Beliau tidak ingin aku jadi perjaka tua, katanya. Memangnya salah, ya, kalau aku belum pernah pacaran? Masa
bodoh, ah.
Adikku juga sering bilang padaku untuk segera mencari pacar, sih. Padahal dia sendiri belum pernah pacaran. Tetapi setidaknya dia sudah punya orang yang dia sukai.
Aku sendiri...
Aku menyesal sekali tidak menanyakan namanya waktu itu.
Gadis itu... Mengapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya walaupun sejenak?
10 November 2009. Musim Dingin.
Seperti biasa, aku berpatroli sekitar pos jagaku malam itu. Aku kadang menemukan orang mabuk di sekitar daerah patroliku. Padahal bahaya sekali kalau mabuk di musim dingin. Sekarang memang belum terlalu dingin, sih, tetapi kalau sampai tidur di luar saat cuaca seperti ini, bisa gawat. Tugasku adalah memastikan orang-orang yang mabuk itu tidak tidur di jalanan dan mati kedinginan.
Sepertinya tugasku sudah hampir selesai. Aku hanya perlu bersepeda memutari satu daerah lagi lalu kembali ke pos. Rumah Sakit Universitas X... Banyak gosip yang mengatakan kalau daerah sekitar Rumah Sakit itu berhantu. Ada beberapa orang yang pernah melihat hantu berpakaian putih, katanya. Aku sih tak percaya hal-hal semacam itu. Ayolah, hanya orang bodoh saja yang percaya takhayul seperti itu!
Tetapi, entah kenapa malam ini aku merasa seakan-akan hantu itu bisa muncul. Malam ini bulan purnama. Sungguh bulan yang aneh.. Kenapa warnanya kehijauan begitu? Aku tak tahu, kesannya.. Mistis saja. Seperti di game yang dulu dimainkan adikku saja. Lalu, meskipun aku sudah memakai pakaian yang cukup tebal, aku merasakan suatu kedinginan yang menusuk hingga bulu kudukku berdiri. Katanya, di tempat-tempat berhantu, suhu udaranya itu lebih dingin daripada daerah sekitar. Ma, masa, sih? Aku langsung menggelengkan kepala dengan kencang. Seharusnya aku memang tidak menonton acara teve sampah tentang pemburu hantu itu, deh. Tiba-tiba ada hujan salju lagi. Tidak deras, sih. Tetapi cukup untuk membuatku semakin kedinginan.
Aku akhirnya sampai tepat di depan rumah sakit Universitas X itu. Di halaman depan rumah sakit itu ada pohon Sakura yang sangat besar. Daun-daunnya sudah tak ada. Pohon itu benar-benar kelihatan mati. Eh, tunggu dulu...
Aku tidak dapat mempercayai mataku. Ada sesosok putih di atas pohon! Aku langsung melihat jam tanganku. Jam 12 malam! Ya Tuhan, apa aku melihat wanita salju? Atau hantu apapun? Tetapi, kakiku terasa kaku dan tak bisa digerakkan.
"Hei, apa kau akan diam saja melihat seorang gadis tidak berdaya di atas pohon seperti ini?" Kata sosok yang berada di atas pohon itu.
Aku takut. Benar-benar takut. Baru pertama kali aku melihat hantu selama hidupku. Ingin berteriak rasanya, tetapi aku malu. Masa' seorang polisi yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat takut sama hantu? Nggak banget.
"Ayolah, sampai kapan kamu mau membiarkanku berada di atas sini?" Sosok itu memanggilku lagi.
Plak! Aku menepuk wajahku. Tidak boleh! Meskipun dia sudah menjadi hantu, dia masih warga negara yang harus kulayani! Aku tidak boleh mendiskriminasinya hanya karena dia hantu! Aku tidak boleh mengaku sebagai anggota kepolisian kalau aku mengabaikan panggilan warga yang sedang kesusahan! "A, ada yang bisa saya bantu.. Nona?"
B E R S A M B U N G . . .