Begini ceritanya. Kakakku, Kiri, yang biasanya sangat sibuk bekerja, tiba-tiba saja mengajakku untuk berlibur musim panas ini. Pacarnya mengajaknya pergi, katanya. Aku sampai memegang dahinya untuk memastikan dia tidak sakit. Biasanya Kakakku itu tidak pernah bolos, bahkan libur saja dia menolaknya. Mungkin karena sekarang dia sudah punya pacar, ya. Tetapi, kenapa Kakakku malah mengajakku, ya? Memangnya dia tidak ingin berduaan saja dengan pacarnya? Aku lalu bertanya padanya, dan dia bilang, Kak Hikari (pacarnya) bilang boleh, kok. Kakak malah bilang kalau kami sudah dua tahun tidak berlibur. Sebagai Kakakku, ia ingin berbagi kebahagiaan dengan adiknya. OK, aku tahu maksud Kakakku memang baik, tetapi sepertinya aku sudah menyulut kemarahan Kakak Ipar... Aku jadi merasa tidak enak padanya.
Lalu aku bertanya pada Kakakku, nanti kita akan kendaraan umum atau naik apa? Kakakku menjawab, dia akan menyewa mobil Kijang. Dia malah berkata karena mobilnya belum penuh, aku boleh mengajak temanku. Makin ramai makin asyik, katanya.
Akhirnya aku menghubungi dua orang temanku, Tendou-kun dan Tsubame-san. Mereka langsung mengiyakan ajakanku. Tsubame-san lalu bertanya apakah dia boleh mengajak temannya. Aku menjawab, boleh saja, toh mobilnya masih muat. Aku jadi bertanya-tanya, kira-kira siapa teman Tsubame-san itu.
~Hari-h~
Aku mengepak beberapa barang yang akan kubawa ke pantai. Yah, baju lama dan baru (aku sempat belanja bersama Kakakku dan Kakak Ipar), sandal jepit, peralatan menyelam (meskipun aku cuma membawa kacamata dan snorkel), kacamata hitam, payung, buku harian (hei, siapa tahu ada kejadian menarik nanti?), dan obat-obatan ringan. Aku lalu menyiapkan bekal untuk dibawa ke pantai sambil membuat sarapan. Aku membuat beberapa nasi kepal dan roti isi telur dadar. Kakakku terbangun ketika aku membungkus bekal itu di kotak-kotak bekal. "Sebentar lagi sarapan siap, Kak!" Kataku pada Kakakku yang kelihatannya masih mengantuk. Kulihat ia mengambil handuknya dan langsung masuk ke kamar mandi sambil menguap. Setelah Kakakku keluar dari kamar mandi, sarapan sudah selesai kubuat. Tiba-tiba terdengar bel berdering. "Sebentar!" Aku membuka pintu. Ternyata Kak Hikari.
"Pagi, Kazuyu-kun! Mana Kiri-kun?" Kak Hikari bertanya di mana Kakakku. Saat ia melongok ke kananku, ia melambai. "Kiri-kun! Pagi!"
"Pagi, Kak..." Aku menjawabnya. Sementara itu, Kakakku yang sedang mencomoti lauk untuk sarapan kami terlihat terkejut. Ia langsung lari ke kamarnya.
"Kenapa sih dia?" Kak Hikari terlihat bingung.
"Mungkin dia malu karena Kakak melihatnya cuma memakai handuk..." Kataku.
Pertanyaanku terjawab tak lama kemudian. Saat kami (Kakakku, Kak Hikari, dan aku) berkumpul di depan apartemen kami untuk memasukkan barang ke dalam mobil, Tendou-kun dan Tsubame-san datang dan menyapa kami. Aku lalu memperkenalkan mereka pada Kakakku dan Kak Hikari. Kak Hikari bertanya apakah mereka pacaran, dan apakah pacarku tidak ikut. Ku jawab, ya, mereka pacaran, dan sayang sekali, aku tidak punya pacar. Tendou-kun dan Tsubame-san lalu turut serta membantu merapikan barang kami.
Aku bertanya pada Tsubame-san di mana temannya. Ia menjawab kalau sebentar lagi temannya akan datang. Ternyata benar. "Maaf aku terlambat..." Aku mendengar suara yang sudah sangat kukenal. Ja, jangan-jangan, suara ini... Perlahan aku membalikkan badan, dan kulihat sesosok gadis berambut perak panjang. Ia mengenakan topi lebar, kaus tanpa lengan warna putih, jins warna biru muda dan sandal hak tinggi. Dia tampak terkejut melihatku, dan aku pun terkejut melihatnya. Kenapa Sumeragi-sempai ada di sini?!
Saat aku melihat Tsubame-san, ia hanya bersiul-siul sambil tersenyum. Aku bersumpah bisa melihat Tendou-kun menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Jadi mereka sudah merencanakan semua ini?!
Aku Hiwatari Kazuyu, 16 tahun, kelas 1 SMA Arisugawa. Aku punya seorang Kakak laki-laki, yang namanya sudah kusebutkan tadi. Kakakku seorang polisi. Pacarnya bernama Yagami Hikari. Calon Kakak Iparku adalah seorang calon dokter, sekarang ia mahasiswi tingkat 4.
Dua orang yang kuundang untuk berlibur bersama ke pantai Kuta adalah teman sekelasku, Tendou Jouji-kun dan Kusanagi Tsubame-san. Tadinya sih aku tidak begitu kenal pada Tendou-kun. Tetapi, saat Tsubame-san pindah ke sekolahku, aku jadi mulai mengenalnya.
Saat aku sedang sedih karena Sumeragi-sempai menolakku, Tsubame-san datang menghiburku. Kurasa karena itulah aku perlahan-lahan jadi suka padanya. Aku lalu menyatakan perasaanku padanya. Dia menerimanya, dan kami pun berpacaran sebentar (sekitar satu bulan). Lama-lama kuketahui kalau Tendou-kun menyukai Tsubame-san, dan Tsubame-san pun menyukai Tendou-kun. Aku lalu meminta Tsubame-san memilih salah satu di antara kami, dan ternyata ia lebih memilih Tendou-kun. Aku lalu putus dengannya dan membiarkannya bersama Tendou-kun karena bagiku yang penting ia bahagia. Lagipula aku menyadari bahwa sebenarnya aku masih suka kepada Sumeragi-sempai. Tendou-kun dan Tsubame-san lalu berjanji membantuku mendapatkan hati Sumeragi-sempai. Kurasa ini salah satu bentuk bantuan mereka, eh?
Sumeragi-sempai adalah kakak kelasku dan juga ketua OSIS di SMA-ku. Sampai sekarang kalau ia bertemu denganku ia pasti sinis kepadaku. Apa salahku sebenarnya?! Sayangnya, aku terlalu takut untuk menanyakannya sendiri padanya.
Singkat cerita, sekarang waktunya pembagian tempat duduk di mobil. Tendou-kun langsung menarik Tsubame-san ke arahnya, seakan mengatakan kalau Tsubame-san itu miliknya dan ia tidak ingin diganggu siapapun. Sumeragi-sempai lalu menarik Tsubame-san ke arahnya juga. Tendou-kun menariknya lagi, dan begitu pula Sumeragi-sempai. Mereka jadi seperti bermain tarik tambang. Akhirnya Tsubame-san menyuruh mereka berhenti dan memilih duduk di tengah bersama Tendou-kun. Aku tertawa kecil, dan langsung berhenti saat Sumeragi-sempai menatap tajam ke arahku. La, lagi-lagi aku membuatnya marah?!
Kakakku duduk dengan Kak Hikari di depan. Jadi.. Aku terjebak bersama Sumeragi-sempai di belakang.
Sepanjang paruh pertama perjalanan (perjalanan ke pantai memakan waktu kira-kira 4 jam), aku hanya mampu duduk diam, di sisi yang berlawanan dari Sumeragi-sempai. Saat aku sesekali menoleh, aku memperhatikan kalau ia terus memandang ke jendela. Sebegitu tidak inginnya ia melihat wajahku?
Tiba-tiba ia bergerak. Aku segera memalingkan wajahku ke jendela. Kudengar suara grasak-grusuk pelan, lalu terdengar bunyi sesuatu yang renyah patah. Kebetulan saat itu aku menoleh. Ternyata Sempai sedang memakan Pocky rasa stroberi. Melihatku memandanginya, ia langsung menawarkan snack itu padaku. "Mau?" Aku mengangguk pelan dan mengambil snack itu beserta bungkusnya dari tangannya, dan mulai menggigiti.. Kardusnya. Aduh! Karena gugup, aku lupa mengambil snack-nya saja dan malah menggigiti kardusnya. Sekarang Sempai pasti tambah membenciku.
Kuperhatikan ekspresi wajahnya. Kulihat pipinya menggembung, lalu ia menutup mulutnya dan mulai tertawa kecil. Ah, setidaknya ia menganggap tingkahku itu lucu.
Aku juga ikut tertawa. Setelah itu, aku mengambil bungkus plastik snack itu dari dalam kardus, mengambil 2 batang Pocky, dan mengembalikan sisanya kepada Sumeragi-sempai. "Terima kasih, Sumeragi-sempai." Aku melanjutkan, "Sempai manis sekali kalau tertawa seperti itu." Kulihat ia tampak kaget. Aku buru-buru menambahkan, "Ah! Bukan berarti kalau Sempai yang biasanya tidak manis, lho!" Kataku takut-takut.
Kupikir ia akan marah. Di luar dugaanku, ia tersenyum. "Terima kasih." Katanya.
Melihat wajahnya seperti itu, jantungku berdegup kencang sekali. Aku merasakan kalau wajahku panas sekali. Aku buru-buru memalingkan wajahku. Ternyata aku memang masih menyukainya. Saat kuperhatikan dirinya lagi, Sempai sudah memandang ke jendela lagi. Aku memutuskan untuk tak mengganggunya lagi. Dadaku masih sakit karena debaran tadi. Aku lalu memutuskan untuk memandang ke arah jendela juga. Akhirnya, kami diam saja sepanjang perjalanan.
> ¤ <
Sesampainya di tempat tujuan...
"Pantai!" Tsubame-san berteriak.
"Iya, pantai!" Sumeragi-sempai mengikutinya.
"Ada apa dengan pantai?" Tanyaku.
"BERENANG!" Tsubame-san mencoba berlari ke tepi pantai, tetapi Tendou-kun menarik bagian belakang bajunya.
"Tunggu dulu. Kita harus merapikan itu dulu." Kata Tendou-kun sambil menunjuk tumpukan barang di dalam mobil.
"Oh? Kadang-kadang kau mengatakan hal yang benar." Kata Sumeragi-sempai sinis. Sumeragi-sempai dulu pernah berpacaran dengan Tendou-kun, dan hubungan mereka tampaknya tidak begitu baik sejak saat mereka putus.
"Apa sih maumu?" Tendou-kun tampak terpancing.
"Su, sudah, Tendou-kun. Bukankah kita akan merapikan barang-barang?" Aku mencoba mencegah pertengkaran.
Kakakku menambahkan, "Sebelum itu, kita harus membicarakan tentang pembagian kamar." Kakakku menatap Kak Hikari, lalu melanjutkan, "Aku cuma berhasil mendapatkan tiga kamar. Jadi, pembagian kamarnya..."
Tendou-kun langsung menarik Tsubame-san lagi. "Tsubame bersamaku."
Kakakku langsung memarahinya, "HEI! KAU MASIH DI BAWAH UMUR!" Oh, ya. Kakakku 'kan polisi. Jadi kalau sudah dewasa tidak apa-apa, ya?
"Memangnya kenapa?" Tendou-kun menantang Kakakku. "Aku akan pakai kondom, kok."
"Ap- jadi kalian berencana melakukan itu!" Kakakku berteriak. Wajahnya terlihat sangat merah. Maklum saja, Kakakku itu orang yang sangat 'lurus'. Orang tua kami bercerai sejak aku masih berumur 2 tahun, dan Kakakku tinggal dengan Ayahku (Kakakku mulai tinggal sendiri sejak masuk SMA. Aku mulai tinggal dengan Kakakku sejak itu. Kurasa aku kelas 3 SD waktu itu). Kudengar didikan Ayah sangat keras. Dan Kakakku memang rasa ingin tahunya kurang untuk hal-hal seperti itu. Selama 23 tahun hidupnya, baru sekarang dia jatuh cinta dan punya pacar.
"Kamu-bisa-bisanya mengatakan hal seperti-itu!" Kata Kakakku terbata-bata.
"Makanya kubilang kalau aku akan pakai kondom, 'kan?" Kata Tendou-kun lagi. Apa dia tidak sadar kalau ia membuat orang-orang di sekitar kami memperhatikan kami, ya?
"Hei! Aku sama sekali tidak merencanakan hal seperti itu!" Tsubame-san protes kepada Kakakku dan Tendou-kun. Ia tidak ingin dianggap semesum Tendou-kun, sepertinya.
Akhirnya, setelah berdebat dengan sangat alot, Tendou-kun bersedia tidur sekamar denganku. Sumeragi-sempai tidur sekamar dengan Tsubame. Kakakku...
B E R S A M B U N G . . .