Frequents

Kamis, 31 Maret 2011

Pusaka yang Hilang Bab 7 - Part 5

Tak berapa lama, Mint dan Fil keluar dari kobaran api yang membakar rumahnya. Fil tampak mendekap erat sebuah buku tebal bersampul coklat dengan lis emas.
Aku meminta Nick menahan Seed sementara aku menghampiri Fil. "Dia tidak apa-apa. Hanya sedikit luka bakar." Kata Mint. Begitu melihatku, Fil langsung menangis dan berlari ke arahku. Yang bisa kulakukan hanyalah memeluk dan menenangkannya.

= o =

Begitu Fil sudah tenang, dan rumahnya sudah terbakar habis, aku memutuskan untuk menginterogasi Seed. Nick sudah mengikatnya di pohon terdekat dari tempat kami. Aku bisa melihat wajahnya memar dan berdarah. Sepertinya Nick sudah melakukan sesuatu yang ingin kulakukan sebelumnya tapi tak bisa. Mint hanya bisa mengawasi Seed dari jauh, wajahnya tampak sedih.
"Aku tak tahu kenapa, sejak tadi saat kutanyai dia tak mau menjawab. Saat kuancam akan membunuhnya, dia malah tertawa. Dan yang paling menyebalkan, dia selalu tersenyum seperti itu." Nick menunjuk ke arah Seed.
"Kenapa? Dia anak buah Kakak, 'kan? Kenapa Kakak melakukan hal seperti itu?!" Fil akhirnya bicara.
Kalau dipikir-pikir, tadi juga dia berkata 'hanya menjalankan perintah'... Tetapi apa kakaknya Fil sudah gila, masa dia menyuruh orang membakar rumahnya sendiri?
"HA-HA-HA-HA-HA-HA-HA!" Tiba-tiba Seed tertawa lagi. Kami semua sampai terkejut.
"Kau!" Aku sudah akan menghajarnya kalau saja tidak dihalangi Mint.
"Kumohon! Dia sudah cukup dipukuli Nick tadi! Biar aku yang bicara padanya!" Kata Mint sambil memegangi tanganku.
"Nick, bagaimana?"
Nick mempersilakan kami melakukannya. Sepertinya dia juga sudah bingung apa yang harus dilakukan agar Seed bicara.
"Tolong serahkan padaku." Kata Mint. Dia lalu berlari ke arah Seed dan mulai menanyainya. Tak berapa lama kemudian, dia kembali. "Dia hanya berkata kalau itu perintah atasannya... Dan dia hanya menjalankan perintah. Dia sendiri tidak mempertanyakan arti perintah tersebut."
Ukh, lagi-lagi...!
"Dan katanya dia tertawa karena mengira atasannya pasti sudah gila. Dia bilang bahkan dia tidak tahu apa yang ada di pikiran atasannya itu."
Oh, kita tidak perlu mendengar itu.
"Ah!" Nick berteriak. "Tidak mungkin! Aku sudah mengikatnya dengan sangat kencang tadi!"
Rupanya Seed sudah melepaskan diri dari ikatannya. Dia bangkit lalu membersihkan debu di pakaiannya. "Kalian sudah selesai berdiskusi?"
Nick langsugn mengeluarkan pistolnya. Aku dan Cain juga mengeluarkan senjataku. Mint juga, meski dia agak ragu-ragu.
"Yah, setidaknya tujuan sekunderku tercapai. Meski nanti pada akhirnya aku juga akan dihukum, sih. Aku sudah puas bermain sebagai tawanan." Katanya. "Tenang saja, aku tidak akan mencoba membawa Nona Fil lagi. Setidaknya untuk saat ini."
Cain melemparkan pisau ke arah Seed, yang ditangkap dengan sebelah tangannya. "Setidaknya izinkan aku pergi dari sini dengan tenang. Aku 'kan sudah menyerah?"
"Memangnya kau pikir yang kau perbuat bisa dimaafkan?!" Fil meneriakinya. "Kau menghancurkan rumah orangtuaku!"
"Yah, itu perintah orang itu, sih. Aku akan melakukan apa saja demi dia." Balas Seed.
"Maksudmu, Kakakku yang memerintahkanmu membakar rumahku?"
Seed tersenyum sebelum menjawabnya, "Tentu saja. Siapa lagi?" Dia lalu melempar sesuatu ke tanah, dan di sekitar kami jadi penuh asap. Kami semua terbatuk-batuk. Terdengar suara tembakan. Nick sepertinya mencoba menembaki Seed. Saat asap tersebut hilang, Seed sudah tidak ada di sana.
"Sial!" Geram Nick.
"Kakak, apa yang harus kita lakukan? Sudah hampir malam..." Kata Cain. Kami terlalu sibuk mencoba mengorek informasi dari Seed, hingga lupa bahwa kami berada di tengah hutan tanpa tempat untuk berteduh malam ini.

B E R S A M B U N G . . .

Senin, 21 Maret 2011

Dark of The Moon

These stupid hormones.

All I can do is… give in.

~Hiwatari Seishirou

Kamis, 17 Maret 2011

Pusaka yang Hilang Bab 2

Pusaka yang Hilang
Pencuri Siang, Pencuri Malam
Sebuah karya Tacchan King

Cerita ini fiksi belaka.
SELAMAT MEMBACA!

Ini dia.. Sasaranku berikutnya. Kuperhatikan dirinya dari jauh. Dia lelaki, usia kira-kira 20 tahunan, tinggi, rambutnya hitam, pakaiannya rapi, dan membawa senjata. Kelihatannya dia orang yang cukup berbahaya. Yah, semakin tinggi risikonya, imbalannya semakin besar, kan?
Aku memasuki kerumunan orang, mengincar sasaranku. Pelan-pelan aku mendekatinya. Semakin dekat.. Semakin dekat.. Aku melakukan trik lama—menabraknya. Dapat! Aku berhasil mendapatkan dompetnya! Aku pun pura-pura terjatuh. "Ma-maaf.." Aku mengeluarkan suara yang paling lembut dan membuat diriku terlihat lemah.
"Ah.. Maafkan saya! Nona tidak apa-apa?" Dia menarikku bangkit. Kalau dilihat dari depan, ternyata dia ganteng juga ya...
"Terima kasih.." Aku menyambut tangannya.
"Anda tidak terluka?" Ia bertanya. Aku menggeleng. "Kalau begitu, saya duluan." Dia pun melenggang pergi.
Hmm.. Wajah=9, Sikap=10, Otak=0! Gentleman sih gentleman, tapi masa dia tidak sadar sih kalau dompetnya kuambil? Dasar bodoh! Yah, walaupun begitu, aku harus cepat kabur dari sini. Aku tidak mau dia sadar dan mengejarku.

Senin, 14 Maret 2011

[REVIEW] Valkyria Chronicles II

Sudah lama saya nggak nemu game yang bikin ketagihan main!

Cerita bermula dari saya menemukan anime Valkyria Chronicles. Langsung jatuh cinta sama karakter2nya. Dan akhirnya me-wiki-ria dan menemukan anime itu diangkat dari game, yang sayang sekali hanya berada di konsol PS3. Mama, beliin donk~!

Akhirnya, adik saya dibelikan PSP.. Dan akhirnya saya bisa main Valkyria Chronicles II!!
(All images from Valkyria.wikia.com)

Sabtu, 12 Maret 2011

Pusaka yang Hilang - Bab I

Pusaka yang Hilang
Awal Petualangan
Sebuah karya Tacchan King

Cerita ini fiksi belaka.
SELAMAT MEMBACA!

Cain!” Kata kak Nick padaku. “Jangan pergi jauh-jauh ya, nanti kamu nyasar lo!”
“A-apaan sih!” Aku kesal juga dikatai begitu. “Aku tak akan tersesat! Aku ‘kan sudah besar! Sudah ah!” Aku pun berusaha meninju perutnya. Dia seperti sudah bisa membaca pikiranku, menahan tinjuku dengan tangannya. “Kak Nick menyebalkan! Kalau kak Lyon pasti akan membiarkanku meninjunya.”